Selasa, 18 September 2012

Kisah Jenaka Nazreddin - Tetap Kering di Saat Hujan Turun

Kisah Jenaka Nazreddin - Tetap Kering di Saat Hujan Turun

Suatu hari Nazreddin diajak temannya untuk berburu didalam hutan disekitar kampung mereka. 
Temannya mempunyai dua ekor kuda, kuda yag satu besar, kuat dan bisa lari dengan sangat cepat, dan kuda yang satu lagi adalah kecil dan lamban. 
Sedangkan Nazreddin tidak mempunyai se-ekor kudapun. 
Maka temannya itu meminjamkan Nazreddin kuda yang kecil dan lamban itu untuk pergi berburu bersama. 

Kuda itu benar-benar seekor kuda yang lamban. Ketika mereka berangkat menuju hutan berburu, temannya telah berjalan lebih cepat daripada Nazreddin sehingga ia tertinggal dibelakang. Demikian juga terjadi hal yang sama sewaktu mereka berangkat pulang kerumah setelah berburu. 

Pada waktu berjalan pulang, mereka berjalan dengan santai, tiba-tiba tampaklah awan tebal menggelantung dilangit, itu tandanya tidak lama lagi akan datang hujan yang lebat, sehingga temannya memacu kudanya dan pergi tergesa-gesa dan Nazreddin tertinggal lagi dibelakang. 

Menyadari bahwa kudanya tidak mungkin lari cepat, maka Nazreddin pergi berteduh dibawah pohon yang rindang. Ketika hari mulai hujan, maka Nazreddin melepaskan bajunya dan melipat dan membungkusnya  dengan hati-hati. 
Setelah hujan berhenti, maka Nazzreddin memakai lagi bajunya dan menunggang kuda kembali ke rumah temannya untuk makan siang bersama.
Maka temannya itu heran, mengapa Nazreddin yang menunggang seekor kuda yang lamban, namun bajunya tetap kering, sedangkan ia yang menunggang kuda yang bisa lari dengan cepat bajunya tetap saja basah sewaktu hujan turun tadi. 

Maka temannya itu bertanya " Bagaimana caranya engkau tetap kering sedangkan saya menjadi basah kuyup, meskipun kuda saya bisa lari jauh lebih cepat daripada kuda tunggangan anda ?" 
" Oh, itu karena kuda yang kamu pinjamkan kepada saya " jawab Nazreddin dengan kalemnya. 

Hari berikutnya temannya mengajak Nazreddin pergi berburu ke hutan lagi. 
Kali ini ia meminjamkan Nazreddin kudanya yang besar dan bisa lari dengan cepat yang dia tunggang kemarin hari. Sedangkan ia sendiri menunggang kuda yang kecil dan lamban tersebut. 

Ketika berjalan pulang ke rumah, mereka melihat awan tebal sudah menggelantung di langit, tanda hujan besar akan segera turun lagi.
Maka Nazreddin melarikan kudanya secepat-cepatnya sehingga temanya tertinggal dibelakang. 
Ketika hari mulai hujan, maka Nazreddin sudah tiba dirumah temannya itu. 

Ketika hujan berhenti, maka tibalah temannya dengan menunggang kuda yang kecil dan lamban itu. Bajunya basah kuyup, bahkan lebih basah lagi daripada hari kemarin, sementara baju Nazreddin tetap saja kering. 

"Itu gara-gara kamu !" kata kata temannya dengan kesal, "Karena kamu biarkan saya menunggang kuda yang lamban ini sehingga saya menjadi basah kuyup seperti ini. Dan karena kamu menunggang kuda yang bisa lari cepat, maka baju kamu tetap saja kering " 

"Mungkin saja kamu benar, temanku." jawab Nazreddin,  " Kemarin kamu menunggang kuda yang bisa lari cepat dan kamu tetap basah, sedangkan saya menunggang kuda yang lamban ini, dan baju saya tetap saja kering. Demikian juga hari ini, saya menunggang kuda yang bisa lari cepat ini, baju saya juga tetap kering" 

Lanjut Nazreddin " Suatu hal yang sangat penting, adalah kamu tidak berusaha melakukan apapun agar baju kamu tetap kering, namun hanya menggantungkan nasib kamu kepada binatang yang bodoh ini!" kata Nazreddin kepada temannya itu....  



Pesan Moral :

1. Jangan pernah menggantungkan hari depan kepada nasib
2. Nasib itu dibuat dan ditentukan oleh diri sendiri
3. Nasib akan berubah kalau kita bertekad mengubahnya



   

Senin, 10 September 2012

Kisah Jenaka Nazreddin - Semua Itu Untuk Kebaikan Manusia Jua !

Kisah Jenaka Nazreddin - Semua Itu Untuk Kebaikan Manusia Jua !


Nazreddin dan isterinya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah mereka dari pasar. Mereka masing-masing menunggang seekor keledai. Sepanjang perjalanan dengan keledai yang berjalan lamban, mereka terlibat dalam diskusi kecil. 

Nazreddin berkata "Tahu tidak isteriku, bahwa dari waktu ke waktu, saya sangat kagum dengan semua ciptaan Nya yang ada di alam raya ini. Semua benda yang ada didunia ini diciptakan oleh Nya, hanyalah untuk kebaikan manusia saja "
"Bisa beri saya bukti atas ucapan-mu ini, suamiku ? " minta isteri Nazreddin.

"Cobalah kamu perhatikan keledai yang sedang kita tunggangi ini, ia diciptakan tanpa sayap. Ia diciptakan hanya untuk kebaikan manusia saja" jawab Nazreddin.

" Bagaimana mungkin engkau mengatakan bahwa keledai yang lamban ini diciptakan hanya untuk kebaikan manusia saja ? Jika saja keledai ini diciptakan dengan sepasang sayap, maka kita pasti sudah tiba dirumah dari tadi !" bantah isterinya dengan bersemangat.

" Cobalah lihat hal ini dari sisi yang lain, isteriku. Coba saja kamu bayangkan, seandainya keledai ini diciptakan bersayap, maka mereka akan bertengger diatas atap rumah kita, dan ketika mereka mengepakkan sayapnya, maka rusaklah semua atap rumah kita " jawab Nazreddin tidak mau kalah dengan isterinya.

Maka isterinya terdiam, karena merasa bahwa ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh suaminya.

Sambil melanjutkan perjalanan, mereka mulai merasa kepanasan dan timbul rasa dahaga. 
Lalu mereka beristirahat dibawah pohon cheri yang rindang.

Tidak jauh dari tempat mereka berteduh, Nazreddin melihat hamparan ladang yang penuh dengan buah semangka yang telah matang. Ia ingin memetik beberapa buah semangka untuk memenuhi rasa haus ia dan isterinya.

Tiba tiba saja Nazreddin teringat diskusinya dengan isterinya tentang semua benda citpaan Tuhan di alam raya.

Nazreddin merasa heran, bagaimana mungkin pohon yang tinggi dan rindang seperti pohon cheri ini berbuah cheri yang kecil, sedangkan tanaman yang tampaknya rapuh dan hanya merambat ditanah bisa berbuah sebesar semangka ini.

Tetapi Nazreddin tidak memberitahu isterinya tentang apa yang sedang ia pikirkan saat itu.

Ketika Nazreddin masih penasaran memikirkan pertanyaan itu, tiba-tiba jatuhlah sebuah cheri menimpa hidungnya. Nazreddin terkejut dan merasa sakit meskipun buah cheri yang jatuh menimpa hidungnya itu kecil saja.

             
" Saya tahu jawabnya ! " teriak Nazreddin tiba-tiba, mengejutkan isterinya yang sedang terkantuk-kantuk dibawah rindangnya pohon cheri, lalu lanjut Nazreddin bersemangat " Ini alasannya kenapa pohon cheri yang besar dan rindang hanya berbuah kecil. Bayangkan bila buahnya sebesar semangka, maka tadi batang leher saya akan patah olehnya. Benar, bahwa semua yang ada di alam raya ini diciptakan Nya hanya untuk kebaikan manusia saja !" kata Nazreddin dengan takjubnya .....

 

 

Pesan Moral : 

 

1. Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu dengan maksud dan tujuan Nya yang tidak perlu kita coba mengerti

2. Kehendak Nya bukan kehendak kita, rencana Nya juga bukan rencana kita

3. Selalu ber syukur dan berterima kasih atas semua pengalaman kita; pengalaman baik juga pengalaman yang buruk